Rabu, 04 Juli 2012

3 PILAR UTAMA PENDIDIKAN

C. Tiga Pilar Utama Pendidikan
            Sukses adalah sebuah formula, bukan fantasi, bukan tujuan, tetapi sebuah perjalanan. Untuk menjadi sukses maka dia harus mengetahui visi hidupnya, menyadari dan terus tumbuh menuju potensi maksimal, dan menaburkan benih dan terus tumbuh menuju potensi maksimal. Tiga faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan suksesnya pembelajaran siswa di sekolah adalah guru, orang tua, dan siswa.
            Ketiga pilar di atas harus memiliki pemahaman / internalisasi yang sama tentang arah dan tujuan akhir dari sistem pembelajaran. Ketika peraturan menteri tahun 2006 menggariskan bahwa tujuan dari pengembangan diri adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan dan mengkekspresikan diri sesuai dengan potensi siswa, maka pihak sekolah berkewajiban menyediakan program yang teritegrasi dan fasilitas yang pendukungnya, orang tua mencukupi dan mendukung konsekuensinya, serta siswa dengan ikhlas dan penuh kesungguhan dan tanggungjawab mengikutinya.
            Permasalahan yang paling utama dalam bimbingan dan konseling adalah kurangnya pemahaman tersebut dari pihak terkait. Peran bimbingan dan konseling sering didefinisikan terlalu sempit sebagai tempat membina siswa yang bermasalah dalam perilaku. Seorang siswa yang dipanggil untuk konseling seolah dia yang memiliki masalah baik prestasi akademis maupun kejiwaan.
            Bagi guru yang mengajar kelompok mata pelajaran atau muatan lokal yang kurang faham akan tujuan pembelajaran, aspek pencapaian akademis yang digambarkan dalam angka-angka atau nilai seolah menjadi tujuan tunggalnya. Bagi dia, tugasnya sudah selesai manakala rata rata kelas siswa sudah sesuai dengan target sekolah dan dia merasa di luar tugasnya lagi menanamkan aspek pengembangan diri siswa. Dia tidak menyadari bahwa dalam banyak kasus mungkin terjadi bahwa nilai tinggi itu dicapai bukan melulu karena peran guru tersebut, melainkan juga karena keikutsertaan siswa dalam penyelenggara bimbingan belajar. Dengan banyaknya drill soal soal latihan yang diberikan oleh bimbingan belajar secara intensif, maka siswa terbiasa menjawab soal.
            Kebermaknaan belajar juga seringkali terabaikan tanpa sadar. Contoh kasus, seorang guru merasa sudah cukup berhasil manakala siswa sudah diberi penugasan mencari artikel di internet lalu tugasnya dikumpulkan dengan tampilan yang menarik sebelum batas waktu yang ditentukan. Bentuk penugasan internet ansich seperti ini tanpa disertai sedikitpun kreatifitas guru akan menjadikan penugasan tersebut hanya berbicara tentang nilai angka yang melayang tanpa makna. Betapa tidak, siswa dengan mudah mencari artikel yang ditugaskan gurunya dengan cara berselancar (browsing) di internet menggunakan mesin pencari (Search engine). Saat artikel telah ditemukan, langsung di pindai (copy paste) ke microsoft word, lalu dicetak, dan jadilah makalah. Namun apakah siswa membacanya atau mendiskusikannya dengan teman temannya ? Sudah barang tentu tidak, karena umumnya tugas tugas internet seperti ini tidak akan ditanyakan dalam ulangan atau ujian. Pernugasan seperti ini telah membuang buang waktu, tenaga dan biaya tanpa makna pembelajaran, karena guru yang kurang kreatif cenderung akan menilai tugas siswa dari tampilan kulitnya, sehingga tugas internetnya nyaris tak lebih baik dari tugas pengumpulan kliping di masa lalu.
            Dengan tugas yang sama, Guru yang mampu memaknai tujuan akhir pembelajaran pasti akan menggunakan pendekatan lain. Dia akan membagi siswa menjadi beberapa kelompok, membagi topik yang harus dicari di internet per kelompok, dan meminta mereka mempresentasikan di depan kelompok lain tentang tugasnya itu. Dia sadar betul bahwa melalu pelajarannya dia juga bertugas mengembangkan nilai nilai kerjasama antar siswa, kemampuan berkomunikasi, berekspresi, berinteraksi, pencarian informasi, berbeda pendapat, serta daya analitis siswa didiknya. Penilaian tidak lagi didasarkan atas tampilan cover makalah, melainkan totalitas nilai usaha yang telah dia lakukan, termasuk tercermin di dalamnya penguasaan akan materi. Inilah kebermaknaan, Guru yang kreatif selalu akan bisa menemukan cara bagaimana menciptakan budaya pembelajaran sesungguhnya (the real learning culture), bagaimana mengejar kebermaknaan belajar, bagaimana mengemas materi yang diajarkannya dengan cara cara yang attraktif bagi siswanya.
            Orang tua yang memahami tujuan pembelajaran akan sepenuhnya mendukung dari belakang langkah langkah yang dilakukan sekolah dalam mengembangkan seluruh potensi anaknya. Secara sendiri ataupun melalui komite sekolah dia akan secara aktif dan dinamis memberikan masukan masukan yang konstruktif untuk perbaikan system. Dia juga akan kritis terhadap cara cara pembelajaran yang dilaksanakan asal asalan, tidak berorientasi masa depan, dan tidak tanggap terhadap perubahan lingkungan. Dia bertindak dan bersikap bijak bahwa tanggungjawab pendidikan tidaklah tertumpu hanya pada sekolah, tetapi dirinya juga memiliki andil terhadap kesuksesan dan kegagalan anaknya. Untuk itu, pengawasan yang arief dan penuh cinta terhadap anak anaknya senantiasa dia lakukan. Dia tidak selalu tampil sebagai hakim yang selalu menyalahkan anak, namun sebagai panutan dan pembimbing di luar sekolah. Dia tidak bertindak sebagai penuntut hak terhadap sekolah, melainkan sebagai partner dalam optimalisasi pengembangan diri anak.
            Bagi siswa, memahami tujuan pembelajaran berarti memaknai bahwa kepergiannya ke sekolah bukan semata mata mencari ijazah atau nilai. Jangkauannya lebih jauh dari itu, dia sadar betul bahwa dirinya sedang berperan mempersiapkan fondasi masa depannya. Fondasi yang kokoh harus dia pancangkan agar tercipta bangunan masa depan yang kokoh, yang tahan terhadap kemungkinan tantangan alam terbesar sekalipun. Rasa tanggung jawabnya yang besar mengalahkan segala keinginan jangka pendeknya yang seringkali menyesatkan. Berbekal hal tersebut, maka dia tampil menjadi sosok yang memiliki daya juang (fighting spirit) yang tinggi, berinisiatif, berfikir di luar kebiasaan (thinking out of the box), innovatif, dan disertai dengan pribadi yang menyenangkan semua pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar